Kamis, 25 November 2010

KAJIAN TERHADAP MAKNA “IMAN”


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam melakukan ritual peribadatan semua umat beragama termasuk agama islam bahkan kejawen tidak akan pernah lepas dari term yang bernama iman.  Dalam konteks bahasa indonesia iman diartikan menjadi “yakin” atau “keyyakinan terhadap sesuatu”.  Tapi apakah iman dalalm bahasa aslinya (baca:arab) yang kemudian diadopsi oleh agama Islam hanya bermakna sesimpel itu?.
Membicarakan keimana begitu penting mengingat keberagamaan tanpa adanya sebuah keimanan akan percuma.  Pelaku dari iman itu sendiri apakah sudah sesuai dengan garis agama Islam ataukah pemahaman iman yang berbeda.  Tidak hanya itu menimbang antonim dari kata iman adalah munafik, sebuahpenyakit manusia  yang paling dibenci dan merusak pada masa awal islam hingga saat ini.  Mereka ditandai dengan setiap perkataanya yang berbohong; jika berjanji menghianati dan jika dipercaya berhianat.
Meski seakan keimanan begitu berat, namun islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin memberikan great dalam pencapaian hal yang bernama iman dan untuk mendapat hakekat keimanan yang sempurna.  Ini seperi apa yang menjadi asbab al-nuzul dari turunnya surat al-hujurat ayat 14.  Singkatny6a cerita terdapat seorang arap pedalaman yang langsung mengatakan dan menyatakan keimanannya, namun nabi tidak serta merta menerima keimanannaya, tapi masih dalam islam dan belum masuk pada maqam keimanan, kemudian turunlah ayat tersebut.
Iman merupakan sebuah kata yang global (jami’ah) untuk penetapan terhadap Allah, kitab-kitabnya dan utusannya.  Tidak sekedar itu tetapi juga realisasi atas apa yang telah diakui[1]
A.      Rumusan Masalah
Keimanan merupakan aspek dalam hati manusia yang tidak dapat dilihat secara dhahir.  Rumusan masalah yang dipertanyakan dari makalah ini meliputi aspek batin dan proses masuknya iman pada diri seseorang, yaitu:
1.      Apa makna iman?
2.      Bagaimanakah hakikat sebuah keimanan?
3.      Dimanakah iman itu?
4.      Mengapa harus ada iman dalam hati manusia
5.      Kapan iman itu mulai ada pada seseorang?
6.      Siapakah orang yang telah mencapai hakekat iman?
B.       Tujuan Pembahasan
Mengenai tujuan pembahasan pada makalah ini tidak lain untuk mengetahui jawaban dari rumusan masalah yang telah dipaparkan



BAB II

PEMBAHASAN

A.    Makna Iman
Iman secara morfologi berasal dari kata āmana-yu’minu- îmānan, jika dipandang dari ulama’ alat versi kuffah yang artinya tashdiq (pembenaran).  Sedangkan pemaknaan secara terminologi iman berarti
“membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan”
     Ini merupakan pendapat jumhur ulama’.  Dan imam syafi’i meriwayatkan ijma’ para sahabat, tabi’in dan orang-orang ssesudah mereka dengan pengertian tersebut.
     Maksud membenarkan dengan hati ialah menerima segala apa yang dibawa oleh nabi muhammad sebagai rasulullah. Membenarkan dengan lisan maksudnya mengucapkan dua kalimat syahadat “la ilaha illa allahu muhammad al-Rasulullah”.[2]
     Mengamalkan dengan anggota badan maksudnya bahwa iman itu tidak hanya berada pada hati dan ucapan.  Realisasi sebuah keimanan haruslah ada.  Sehingga jika salah satu dari tiga bangunan iman kurang, maka ibarat rumah jika kekurangan tiang penyangga maka kurang atau bahkan tidak sempurna.  Keimanan umat Muhammad ialah meyakini beliau sebagai nabi dan meyakini segala apa yang telah dibawa bersama beliau, berupa risalah.[3]  Sedangkan imannya umat nabi Isa ialah meyakini Isa sebagai nabi dan rasul serta risalah yang dibawanya pula.  Jika umat Isa sampai pada masa nabi Muhammad maka imannya ialah meyakini nabi Muhammad sebagai nabi membawa risalah baru menggantikan Isa.
B.     Hakikat Iman
       Keimanan sebenarnya merupakan sebuah graduasi terhadap penyerahan diri kepada Allah (istislam) dan proses pengakuan Allah sebagai tuhan semesta alam yang memiliki rasul utusan di bumi untuk menyebarkan syariat Nya (Muhammad Saw.).  keimanan seseorang berawal dari “aslama”, “muslim”, “amanna”, “mu’min” dan jika ingin lebih tinggi lagi maka ditambah “muhsin”.  Ini seperti sabda Allah pada surat al-Hujurat:14:
 قَالَتِ الْأَعْرَابُ آَمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

       Mengenai ayat ini Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an berkomentar:

حدثني محمد بن عمرو، قال: ثنا أبو عاصم، قال: ثنا عيسى; وحدثني الحارث، قال: ثنا الحسن، قال: ثنا ورقاء، جميعا، عن ابن أبي نجيح، عن مجاهد، في قوله( قَالَتِ الأعْرَابُ آمَنَّا ) قال: أعراب بنى أسد بن خُزَيمة.
واختلف أهل التأويل في السبب الذي من أجله قيل للنبيّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم: قل لهؤلاء الأعراب: قولوا أسلمنا، ولا تقولوا آمنا، فقال بعضهم: إنما أمر النبيّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم بذلك، لأن القوم كانوا صدّقوا بألسنتهم، ولم يصدّقوا قولهم بفعلهم، فقيل لهم: قولوا أسلمنا، لأن الإسلام قول، والإيمان قول وعمل.
       Ayat diatas mengindikasikan bahwa seorang arab pedalaman menyatakan keimannanya, namun nabi mengatakn kepada mereka bahwa mereka belum beriman melainkan sekedar islam.  Hal ini dikarenakan great mereka yang masih pada beginner.  Mereka belum sepenuhnya melakukan tonggak yang mendasari keimanan.  Melihat pendapat Ath-thabari yang menyebutkan hadis nabi bahwa mereka masih membenarkan ssecara lesan mereka, tapi belum ada realisasi dalam action mereka.  Sehingga nabi berkata kepada mereka “aslamna” yang artinya kami sudah islam (pasrah, mengikuti agama Islam).
       Jadi amalan yang bersifat lahiriah  yang disertai iman dalam dada itulah yang dinamakan iman.  Dan makna islam mencakup pembenaran dalam hati dan amalan perbuatan, itulah yangdisebut istislam (penyerahan diri).
       Berdasarkan ayat diatas pula Islam dan iman jika bertemu dalam satu tempat maka islam ditafsirkan dengan amalan lahriah dan iman difahami sebagai keyakinan batin.  Tapi jika tidak (tidak beriringan) maka iman di maknai dengan keyakinan serta amal perbuatan.
Contoh lain dari hadis nabi:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا أَبُو حَيَّانَ التَّيْمِيُّ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ مَا الْإِيمَانُ قَالَ الْإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ قَالَ مَا الْإِسْلَامُ قَالَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ قَالَ مَا الْإِحْسَانُ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتْ الْأَمَةُ رَبَّهَا وَإِذَا تَطَاوَلَ رُعَاةُ الْإِبِلِ الْبُهْمُ فِي الْبُنْيَانِ فِي خَمْسٍ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ تَلَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Abu Hurairah berkata: Ketika Rasulullah Saw. Keluar berkumpul dengan para sahabat, tiba-tiba datanglah jibril seraya bertanya, ‘apakah Iman itu?’.  Beliau menjawab’Iman ialah engkau beriman kepada Allah , malaikat-Nya, kitab-kitabnya dan rasul-rasulnya serta hari kebangkitan. Selanjutnya ia bertanya:’Apa Islam?’, nabi menjawab:’Islam ialah engkau menyembah Allah, tidak menyekutukan-Nya, mendirikan sholat, membayar zakat yang telah diwajibkan, berpuasa ramadhan dan berhajji ke Baitullah.  Kemudian ia bertanya lagi:’Apa Ihsan?’.  Beliau menjawab:’Kamu menyembah Allah seakan-akan engkaumelihatnya, jika engkau tidak mampu maka (merasalah) engkau diawasi oleh Allah.  Ia bertanya lagi’ kapan terjadi kiamat?’. Rasul menjawab:’Orang yang ditanya tidak lebih tahu dari penanya, tapi aku beri tahu tanda-tanda terjadinya, yaitu jika budak wanita melahirkan tuannya, jika para penggembala unta hitam telah berlomba-lomba mendirikan bangunan.  Ilmu tentang hari kiamat termasuk lima perkara yang hanya diketahui oleh Allah’.  Setelah nabi menjawab orang itu pergi.  Nabi berkata “ suruhlah ia kembali”, tetapi tak seoprangpun yang melihatnya lagi.  Belau bersabda:’ ia adalah Jibril , datang kemari untuk mengajari manusia tentang agama-Nya”

C.    Letak Iman
       Melalui penelusuran terhadap bebrapa ayat dalam al-Qur’an, hampir ditemukan hasil bahwa letak inti dari sebuah keimanan tidak hanya pada hati tetapi juga tindakan diantaranya:
1.      Al-Taubah: 23
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا آَبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”

2.      Ghāfir: 10
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنَادَوْنَ لَمَقْتُ اللَّهِ أَكْبَرُ مِنْ مَقْتِكُمْ أَنْفُسَكُمْ إِذْ تُدْعَوْنَ إِلَى الْإِيمَانِ فَتَكْفُرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari kiamat): "Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu kamu kafir".

3.      Al-Syǔra: 52
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”

4.      Al-Hujurāt: 7
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.”

5.      Al-Hujurāt: 11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”

6.      Al-Hujurāt:14

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آَمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

D.    Alasan Perlu Adanya Iman  pada Hati Manusia
Semua ayat dan hadis yang ada selalu menyaratkan adanya keimanan pada hati seseorang.  Hal ni dalam rangka memantabkan apa yang telah menjadi perintah Allah.  Bagaimana mungkin seseorangyang mengaku iman tapi tidak melaksanakan perintah Allah, maka menurut surat al-Hujurat:14 maka orang itu belum beriman karena imannya masih belum masuk dan meresap di hati mereka.  Bagaimana mungkin orang yang tidak meyakini akan adanya Allah, Rasul pembawa risalah Nya akan melaksanakan perintah sedang keberadaan Allah beserta kuasanya tidak diyakini.  Ibarat seseorang yang akan dinikahkan, jika ia tidak yakin dengan calon  pasangannya apakah mungkin merasa mantap dalam pernikahan, atau bahkan mungkin menolak sama sekali.  Dalam penggolongan mengenai iman, Abu a’la al-Maududi membaginya menjadi empat:
1.      Mereka yang beriman kepada Allah dan keimanannya mendorong mereka untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan dan mengikuti hukum yang telah digariskan oleh Allah.
2.      Mereka yang beriman kepada Allah, tetapi imannya tidak sampai mendorongnya untuk melaksanakan perintah Allah, taat kepada hukum-hukum-Nya.  Meski mereka tidak sampai pada pengamalan iman mereka masih disebut muslim.
3.      Mereka yang tidak beriman kepada Allah tetapi melakukan perbuatan selaras dengan tindakan orang yang beriman, mereka ini sebenarnya tidak mengikuti perintah Allah karena apa yang telah dilakukannya tidak didasari pada keimanan.
4.      Mereka yang tidak beriman kepada Allah tetapi juga melakukan pelanggaran terhadap ketetapan Allah.

E.     Permulaan Iman
       Iman merupakan hal yang mendasar dalam sebuah aqidah dan tidak dapat dipaksakan pada diri seseorang bahkan yang terdekat.  Abu Thalib-paman Nabi- sendiri menjadi contohnya.  Beliau senantiasa menyayangi nabi, melindungi bahkan membantu perjuangan dakwah nabi tidak bisa mengikrarkan secara lisan bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.  Ini ditegaskan dalam surat al-Qashas: 56.[4]  Melihat ayat terdahulu pada Al-Hujurat:14, maka seorang yang hendak masuk agama islam harus menyatakan keislamannya dengan bersyahadat yang juga menjadi awal iman (iman bi al-lisan), kemudian seseorang itu melakukanberibadah yang nantinya akan mengantarkannya pada derajat mukmin.  Dalam al-Qur’an dan Hadis diterangkan beberapa hal yang menjadi pilar dari Iman:


1.      Ali ‘Imran :114
يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang Munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu Termasuk orang-orang yang saleh.”

Mengenai ayat ini Abu ja’far dalam tafsirnya Al-Thabari berpendapat:
قال أبو جعفر: يعني بقوله جل وعز:"يؤمنون بالله واليوم الآخر"، يصدِّقون بالله وبالبعث بعد الممات، ويعلمون أن الله مجازيهم بأعمالهم; وليسوا كالمشركين الذين يجحدون وحدانية الله، ويعبدون معه غيره، ويكذبون بالبعث بعد الممات، وينكرون المجازاة على الأعمال والثوابَ والعقابَ
وقوله:"ويأمرون بالمعروف"، يقول: يأمرون الناس بالإيمان بالله ورسوله، وتصديق محمد صلى الله عليه وسلم وما جاءهم به. (1) "وينهون عن المنكر"، يقول: وينهون الناس عن الكفر بالله، وتكذيب محمد وما جاءهم به من عند الله: (2) يعني بذلك: أنهم ليسوا كاليهود والنصارى الذين يأمرون الناس بالكفر وتكذيب محمد فيما جاءهم به، وينهونهم عن المعروف من الأعمال، وهو تصديق محمد فيما أتاهم به من عند الله. ="ويسارعون في الخيرات"، يقول: ويبتدرون فعل الخيرات خشية أن يفوتهم ذلك قبل معاجلتهم مناياهم.

Al-alusi dalam tafsirnya menulis:
والمراد بهذا الإيمان الإيمان بجميع ما يجب الإيمان به على الوجه المقبول ، وخص الله تعالى اليوم الآخر بالذكر إظهاراً لمخالفتهم لسائر اليهود فيما عسى أن يتوهم متوهم مشاركتهم لهم فيه لأنهم يدّعون أيضاً الإيمان بالله تعالى واليوم الآخر

2.      Al-Baqarah: 177
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآَتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“ bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”
       Mengenai ayat diatas Ibnu Jarir Ath-Thobari yang mengutip riwayat dari Muhammad bin Sa’ad maksud dari “”tidak ada kebajikan “ pada ayat adalah,  shalat yang dilakukan mengahadap arah masyriq dan maghrib masih belum dikatakan kebajikan jika belum melakukan tindakan iman, bershadaqah, berzakat dan syarat yang diajukan pada ayat.  Sehingga dipahami bahwa shalat saja tidak cukup dianggap kebaikan, jika hanya sekedar ibadah mungkin iya.  Kutiban lengkapnya seperti di bawah ini:
حدثني محمد بن سعد قال، حدثني أبي قال، حدثني عمي قال، حدثني أبي، عن أبيه، عن ابن عباس قوله:"ليسَ البرّ أن تُولوا وُجُوهكم قِبَل المشرق والمغرب"، يعني: الصلاة. يقول: ليس البر أن تصلوا ولا تَعملوا، فهذا منذ تحوَّل من مكة إلى المدينة، ونزلت الفرائض، وحدَّ الحدود. فأمر الله بالفرائض والعمل بها

Banyak hadis yang juga berbicara mengenai pilar keimanan:

v      حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْجُعْفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ.
v    حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ.
v    حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ

F.     Orang yang telah Mencapai Hakekat Keimanan
Orang yang telah mendapatkan hakekat keimanan disebut dengan mu’min.  Untuk mengetahui apakah seseorang telah benar-benar menjadi mu’min sangat sulit mereka harus melewati banyak tahap seperti yang diisyaratkan oleh Al-Qur’an maupun Hadis.  Kita hanya dapat mengetahui tanda-tandanya saja, mengenai apakah seseorang benar-benar beriman adalah personality.
1)      As-Sajdah:15
إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآَيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ (15) تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ.

“Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud[5] seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.”
“lambung mereka jauh dari tempat tidurnyadan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan.”

2)      Al-Baqarah: 165
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ.
“ (yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.”



3)      Al-‘Ankabut: 47
وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ فَالَّذِينَ آَتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمِنْ هَؤُلَاءِ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ وَمَا يَجْحَدُ بِآَيَاتِنَا إِلَّا الْكَافِرُونَ
“Dan demikian (pulalah) Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran). Maka orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (Al Quran[6]; dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. dan Tiadalah yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang kafir.

4)      Al-Baqarah: 121
الَّذِينَ آَتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“ orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.”

5)      Al-Nisa’: 162
لَكِنِ الرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ مِنْهُمْ وَالْمُؤْمِنُونَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَالْمُقِيمِينَ الصَّلَاةَ وَالْمُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالْمُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ أُولَئِكَ سَنُؤْتِيهِمْ أَجْرًا عَظِيمًا
Maka Bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, Kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna".

6)      Al-Nisa: 65
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”

7)      Al-Nur: 51
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.

“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka[7] ialah ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”

8)      Al-Ahzab:35
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
9)      Al-Anfal:2-4

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang berimanialah mereka yang bila disebut nama Allah ‘ gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”
“Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.”

10)        Al-Hujurat:15
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.”
Dalam hadis juga disebutkan:

*       حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
*    حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَلِيٍّ الْمَنْجُوفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا رَوْحٌ قَالَ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ الْحَسَنِ وَمُحَمَّدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ اتَّبَعَ جَنَازَةَ مُسْلِمٍ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا وَكَانَ مَعَهُ حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا وَيَفْرُغَ مِنْ دَفْنِهَا فَإِنَّه يَرْجِعُ مِنْ الْأَجْرِ بِقِيرَاطَيْنِ كُلُّ قِيرَاطٍ مِثْلُ أُحُدٍ وَمَنْ صَلَّى عَلَيْهَا ثُمَّ رَجَعَ قَبْلَ أَنْ تُدْفَنَ فَإِنَّهُ يَرْجِعُ بِقِيرَاطٍ تَابَعَهُ عُثْمَانُ الْمُؤَذِّنُ قَالَ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ



BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan dari pembahasan mengenai iman pada makalah ini adalah:
1.      Iman berarti tashdiq bi al-qalbi, iqrar bi al-lisan dan ‘amal bi al-arkan
2.      Hakekat dari sebuah keimanan pemenuhan aspek yang menyempurnakan iman seseorang, iman tidak hanya berupa pengakuan tetapi juga tindakan atas apa yang diyakini berasal dari Allah melalui perantara Rasulnya.
3.        Dalam beberapa petunjuk ayat Al-Qur’an iman hampir selalu dikatakan dalam hati, karena ketika hati telah merasakan keimanan maka seseorang akan melakukan ‘amal dengan sepenuh hati karena Allah
4.      Hati manusia harus merasakan keimanan dalam rangka menjalankan perintah Allah, seorang yang tidak memiliki keimanan tenttu tidak akan taat kepada Allah.
5.      Iman merupakan sebuah proses kepasrahan terhadap Allah, great yang perlu dilewati aslama, muslim, amanna dan akhirnya mu’min.
6.      Orang yang telah mencapai hakekat keimanan seperti apa yang telah digariskan oleh Allah, meliputi

Ø  Menerima ayat Allah dan melaksanakan apa-apa yang diperintahkan di dalamnya (Al-‘Ankabut:47)
Ø  Sujud dan bertasbih apabila diperingatkan dengan ayat Allah dan tidak sombong (al-Sajdah:15)
Ø  Istiqamah dalam ketaatan, menjaga kehormatan, khusu’ dan banyak mengingat Allah (al-Ahzab:35)
Ø  Takut kepada dan bertawakal kepada  Allah, serta mendirikan shalat dan berzakat (al-Anfal:2-4)
Ø  Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta tidak merasa ragu untuk berjihad di jalan Allah (Al-Hujurat:15)





DAFTAR PUSTAKA


Ath-Thabari. Ibnu Jarir, Jami’ al Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, CD Maktbah Syamilah 17 Gb.
Al-Qur’an Digital Versi 2.0
Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il, Shahih Bukhari CD Maktabah Syamilah 17 Gb
Hussein Al Hajjaj, Shahih Muslim, CD Maktabah Syamilah 17 Gb
Abu A’la al-Maududi, Pdf. Azas-Azas Islam
Tim Ahli Tauhid, Kitab al-Tauhid li al-Shaf al-Sani al-‘Ali, (Yogyakarta:UII Press, 2001)
CD Maktabah Syamilah


[1] Tobari 231, juz 1, ta’wil dari al-baqarah الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
[2] Tim Ahli Tauhid, Kitab al-Tauhid li al-Shaf al-Sani al-‘Ali, (Yogyakarta:UII Press, 2001), hlm. 8

[3] Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il, Shahih Bukhari CD Maktabah Syamilah 17 Gb juz 2 hlm. 142.

[4] Redaksi ayatnya berbunyi إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

[6] Yaitu di antara mereka yang diberi kitab Taurat, seperti Abdullah bin salam dan orang yang besertanya
[7] Maksudnya: di antara kaum muslimin dengan kaum muslimin dan antara kaum muslimin dengan yang bukan muslimin.